Tahfidzul Qur'an: Menemukan Kecerdasan Emosional dalam Belajar dan Menghafal Al-Qur'an

Tulisan ini menceritakan pengalaman pribadi penulis dalam menghafal Al-Qur'an. Penulis menuturkan motivasinya, metode yang digunakan, rintangan yang dihadapi, dan capaian yang diraihnya. Motivasi penulis bersumber dari beragam aspek, meliputi kewajiban agama, pahala yang dijanjikan, koneksi spiritual, hingga tradisi keluarga yang mengakar. Lebih dari sekadar hafalan, proses belajar dan menghafal Al-Qur'an membuka wawasan penulis tentang kecerdasan emosional. Penulis merasakan peningkatan kemampuannya dalam memahami materi perkuliahan maupun pengetahuan umum. Selain itu, penulis juga sering dimintai saran dan masukan dalam hal pribadi maupun umum oleh orang lain, hal ini menunjukkan kebijaksanaan yang diperolehnya dari Al-Qur'an. Penulis menggunakan metode Tikrar untuk menghafal. Perjalanan menghafalnya mencapai 7 juz dengan melalui berbagai tantangan. Target hafalan yang berat di pesantren, program menghafal 30 juz dalam jangka waktu 1 bulan yang melelahkan, hingga culture shock saat berpindah lingkungan, menjadi hambatan yang harus dihadapi. Saat ini, penulis mampu menghafal dengan baik sebanyak 5 juz dengan tingkat penguasaan mencapai 89%. Menariknya, penulis juga merasakan peningkatan kecerdasan dalam berbagai aspek lainnya. Penulis menemukan bahwa proses tersebut melatih keikhlasan, kesabaran, kedisiplinan, konsentrasi, dan kefokusan. Selain itu, penulis meyakini bahwa mempelajari dan menghafal Al-Qur'an dapat mempermudah segala urusan di dunia dan akhirat. Dengan ridho Allah SWT yang diraih melalui proses ini, maka surga menjadi ganjaran terindah yang dijanjikan.