MODAL SOSIAL EKS NARAPIDANA TERORIS (NAPITER) DALAM PROGRAM DERADIKALISASI DI JAWA TIMUR

Tingginya ancaman terorisme di Indonesia harus menjadi kewaspadaan bersama, mulai Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Tamrin, dan aksi terorisme lainnya. Data survey BNPT menunjukkan indeks resiko terorisme tahun 2022 sebesar 10% atau turun 2,2% dari 12,2% tahun 2021. Perlu menjadi perhatian bahwa data BNPT wilayah Jawa Timur tahun 2021 dan 2022 menyumbang pelaku teror terbanyak di lima provinsi. Maraknya aksi terorisme di negara ini, menjadikan perlunya ada rumusan baru penanganan aksi terorisme, yaitu kerjasama antara eks napiter yang sudah ikrar NKRI dengan program deradikalisasi dari pemerintah, BNPT, dan Densus di Jawa Timur. Peneliti membahas modal sosial eks napiter sebagai modal penanganan dan pencegahan tindakan radikal dan terorisme di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Teori modal sosial Robert Putnam yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu kepercayaan, jaringan, dan norma. Penelitian ini jenisnya kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, ntuk pengumpulan datanya menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus (FGD). Informan kunci diambil dari Jawa Timur berdasarkan prinsip purposive diantaranya Lamongan, Sidoarjo, dan Malang. Untuk informan tambahan dari perwakilan BNPT Jawa Timur, Polsek Kec. Solokuro Lamongan, dan Intelkam Malang Kota. Tujuan penelitian untuk mengetahui modal sosial eks napiter dan implementasinya dalam program deradikalisasi di Jawa Timur. Hasil penelitian menyoroti tiga aspek utama modal sosial eks-napiter, yaitu: kepercayaan, jaringan, dan norma. Hal ini mencakup penguatan kepercayaan dengan Ikrar terhadap NKRI, jaringan yang dapat menjembatani dan memberikan informasi pemerintah, BNPT dan Densus, serta norma yang disepakati bersama sebagai bentuk reintgrasi eks napiter kedalam masyarakat dengan menjunjung tinggi persaudaraan antar umat.