KONSTRUKSI SOSIAL MAHASISWA KOTA BENGKULU ATAS INFORMATION DISORDER PADA PEMBERITAAN DI MEDIA SOSIAL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi social mahasiswa
atas information disorder pada pemberitaan media sosial di Kota Bengkulu. Teori
yang digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini adalah teori Konstruksi
Sosial dari Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Subjek penelitian terdiri 15
mahasiswa dari 3 Universitas di Kota Bengkulu yang memiliki program studi
Ilmu Komunikasi yaitu Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas
Bengkulu dan Universitas Fatmawati. Fokus penelitian kontruksi sosial atas
information disorder pada pemberitaan politik Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun
2024 yang ada di media sosial. Temuan menjelaskan bahwa konstruksi sosial
mahasiswa atas information disorder didapatkan melalui tiga sumber yaitu dari
pertemuan ilmiah, lingkungan sosial dan media sosial. Proses eksternalisasi dalam
konstruksi sosial mahasiswa di dapatkan dari materi pada mata kuliah ilmu
komunikasi, mengikuti seminar, webinar dan sosialisasi yang dilakukan oleh
organisasi maupun institusi. Melalui lingkungan sosial, keluarga memiliki peran
penting dalam membentuk konstruksi realitas mahasiswa, nilai dan norma
patriarki di lingkungan keluarga membentuk peraturan tidak tertulis bahwa apa
yang disampaikan oleh kepala keluarga tidak bisa untuk dibantah, sehingga
mahasiswa selalu menerima setiap informasi yang disampaikan oleh keluarga
dalam hal memilih pasangan calon presiden. Hal ini menjadikan pengetahuan
yang mahasiswa dapatkan belum sepenuhnya terinternalisasi dalam praktik seharihari.
Melalui media sosial konstruksi realitas mahasiswa juga terbentuk dari
kemudahan dalam mengakses informasi di media sosial, dimana realitas simbolis
yang diakses mahasiswa dalam bentuk foto ataupun potongan video saat masa
kampanye pilpres di media sosial membentuk sebuah persepsi dan stereotipe baru
yang kemudian menjadi sebuah pengetahuan yang diinternalisasikan menjadi
realitas objektif melalui tindakan dan interaksi sosial. Hal ini didukung oleh faktor
tingkat literasi digital mahasiswa, perbedaan dalam lingkungan sosial keluarga
dan pertemanan, efektivitas dalam pertemuan ilmiah dan informasi yang
didapatkan dari media sosial.